
Jakarta – Menteri Sosial Saifullah Yusuf menginformasikan bahwa Kementerian Sosial sedang menyiapkan program pemberdayaan untuk orang tua siswa Sekolah Rakyat.
“Kami juga akan membantu orang tua. Rumah mereka, insya Allah, akan diperbaiki melalui program pemerintah. Orang tua diberdayakan, sementara anak-anak mereka bersekolah di Sekolah Rakyat,” ujar pria yang akrab disapa Gus Ipul, sebagaimana dikutip dari keterangan yang diterima di Jakarta, cvtogel, Minggu.
Dia menjelaskan bahwa program pemberdayaan ini juga akan melibatkan pemerintah daerah. Melalui kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, Sekolah Rakyat diharapkan menjadi harapan baru bagi ribuan anak Indonesia untuk keluar dari kemiskinan menuju masa depan yang lebih baik.
Pernyataan tersebut disampaikan Gus Ipul saat meninjau proses penjaringan calon siswa Sekolah Rakyat di Kelurahan Krandegan, Kecamatan Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.
Dalam kesempatan tersebut, ia bertemu dengan salah satu orang tua calon siswa Sekolah Rakyat, yaitu Rustini.
“Saya baru saja bertemu Ibu Rustini. Pendapatannya rata-rata Rp50 ribu per hari untuk menafkahi tiga anak. Beliau adalah orang tua tunggal sekaligus penyandang disabilitas. Rumahnya berukuran hanya 2×3 meter, dihuni oleh empat orang. Inilah keluarga yang mendapatkan perhatian penuh dari Presiden Prabowo,” kata dia.
Penjaringan calon siswa Sekolah Rakyat dilakukan melalui Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) yang diadakan setiap bulan. Dalam forum tersebut, para Keluarga Penerima Manfaat (KPM) diperkenalkan dengan program Sekolah Rakyat. Pendamping sosial kemudian mendata anak-anak yang akan lulus SD atau SMP, dan melakukan pendekatan langsung ke rumah mereka.
Rizky (17), anak sulung Rustini, tercatat dalam desil 1 atau kelompok sangat miskin di Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Rizky tinggal bersama ibunya dan dua adiknya di rumah sempit milik PT Kereta Api Indonesia (KAI), di daerah dengan jalan akses yang curam.
Rumah tersebut memiliki lantai tanah yang hanya dilapisi karpet, beratap seng, tanpa listrik, serta tanpa fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK).
Akibat tekanan ekonomi, Rizky terpaksa putus sekolah dan tidak dapat menyelesaikan pendidikan SMP. Namun, di tengah keterbatasan, semangat Rizky untuk belajar tetap tinggi. Ia ingin kembali menuntut ilmu dan mengubah masa depan melalui Sekolah Rakyat.
“Setelah lulus dari Sekolah Rakyat, saya ingin menjadi orang yang lebih baik dan mewujudkan cita-cita memiliki bengkel otomotif sendiri. Terima kasih Pak Prabowo dan Pak Menteri. Semoga selalu diberi kesehatan,” tutur Rizky.
Sebagai informasi, Sekolah Rakyat dirancang dari jenjang SD, SMP, hingga SMA. Model pendidikan ini bersifat berasrama 24 jam yang menggabungkan pembelajaran formal, penguatan karakter, serta orientasi dan matrikulasi.
Tanpa mengikuti tes akademik, calon siswa hanya perlu lolos verifikasi administratif berbasis DTSEN dan termasuk dalam desil 1 atau 2 (kelompok miskin).